Senin, 04 Januari 2010

MEMBUAT MEDIA NATA


Pagi-pagi sekitar setengah enam, Flo sudah pergi ke pasar Ambarketawang untuk membeli dua kilogram kentang. Flo ditugaskan oleh Ibu guru Rusliyah membuat media, bagi tumbuh kembang stater bakteri nata dari bahan baku kentang. Flo adalah salah satu anggota Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang bersemangat, termasuk Fikri, Yunan, Tonang, Erma dan Ida. Keenam anak tersebut masuk dalam satu kelompok, hanya saja tugasnya sendiri-sendiri, yang menurut ibu guru Rusliyah untuk melatih kemandirian.
Dalam satu kelompok itu, Fikri yang dijadikan ketuanya. Fikri ditugasi membuat media dari bahan baku jambu biji, Yunan dari tomat, Tonang dari wortel, sedangkan Erma dari air kelapa dan tak lupa Ida dari bahan baku kecambah kacang hijau. Laboratorium SMA Kertek merupakan pusat dari pekerjaan itu. Karena Lab-nya selalu penuh oleh anak-anak KIR yang lain, maka Flo memilih bekerja lebih pagi yaitu pukul setengah tujuh. Pekerjaan Flo dimulai dengan mencuci kentang, kemudian mengupasnya satu per satu. Dengan amat sabar dan telaten Flo mengupas kentang hingga kulitnya mengelupas semua. Proses pengupasan kentang, memakan waktu setengah jam sendiri. Setelah dikupas, kentang tersebut dipotong-potong dadu. Namun, karena terlalu lama memotong jari kelingking Flo teriris.
“Aduuuuh . . . sakit !!!“ pekik Flo lirih sambil mengucurkan kelingkingnya dalam air kran yang mengalir. Untungnya di Lab sudah sedia P3K, jadi Flo tinggal ngambil handiplas dan pekerjaan dapat dilanjutkan.
Flo sebenarnya suka bekerja berkelompok, jika jumlah pekerjaannya banyak maka lebih cepat selesai, tapi kalau bekerjanya bersama Fikri, Yunan dan Tonang bukan pekerjaan lagi namanya melainkan menjadi sebuah guyonan dan permainan belaka. Fikri adalah temannya yang paling usil. Pernah suatu ketika tasnya Flo diletakkan di atas lemari yang isinya berbagai macam duplikat organ manusia bagian dalam.
Sedangkan Yunan dan Tonang lain lagi ceritanya. Mereka berdua paling suka yang namannya makan. Bahkan bahan makanan yang akan dijadikan praktikum, yaitu pisang ambon yang dibawa Erma, dimakan separonya oleh mereka berdua sebelum sempat diblender dan diuji kandungan pektinnya. Selain itu, otak mereka rada-rada susah kalau dijejelin ilmu apalagi hafalan. Bahkan tidak jarang mereka salah membawa bahan untuk praktikum.
Sedangkan Ida teman cewek yang satunya, mempunyai hobi ngaca. Walaupun tangan kanannya sedang mengaduk cairan di atas api bunsen, tangan kirinya memegang kaca. Jadi, bagi Ida penampilan dan kecantikan juga diutamakan walaupun ia sedang mengaduk feses ayam yang akan dicampur dengan humus untuk menanam tanaman ercis.
Lengkap sudah anggota KIR-nya Flo, yang kadang-kadang membuat Ibu guru Rusliyah harus geleng-geleng kepala lusinan kali melihat semua tingkah laku anak didiknya.
Kemudian, kentang yang telah dipotong dadu diblender sedikit demi sedikit, hingga menghasilkan cairan kentang yang kental. Setelah itu ekstrak kentang yang telah jadi Flo masukkan ke dalam gelas ukur dua literan. Tak lupa Flo menambahkan sukrosa, Hizt ekstrak agar, aquades, pepton, pH yang semuannya telah ditimbang dan diukur terlebih dahulu sebelum dimasukkan dan dihomogenkan menjadi satu. Setelah Flo menunggu sambil mengaduk-aduk komposisi medium selama ± 45 menit, medium diangkat.
“Tuntaslah sudah . . . akhirnya selesai . . .” gumam Flo lirih sambil menyeka keringat di keningnya, lalu meletakkan medium yang masih panas di dekat kran dan masih dalam gelas ukur. Flo meletakkannya di dekat kran supaya lebih mudah dalam mengambil endapannya dan membuang cairan sisanya.
Setelah itu jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Flo pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah menagih sedari tadi pagi. Maklum, semenjak berangkat sekolah, Flo belum sempat memasukkan sebutir nasipun ke dalam perutnya. Untungnya seminggu ini jadwal kosong setelah ujian tengah semester. Hari-hari diperuntukkan guru-guru untuk menyelesaikan penilaian dan rapot siswa-siswinya. Banyak siswa yang mengisi hari-nya dengan perbagai perlombaan dan kegiatan.
***
“Hee Fik . . . mana jambu biji Elo? Bawa kagak ?” Tanya Yunan mengecek. Padahal tomat yang ditugaskan padanya belum satupun ia bawa.
“Udah dong . . . emangnya Elo yang kaya kambing dungu !!! mau alasan apa lagi hayooo?? Coba . . . mana tas Elo gue priksa dulu . . .!!” tukas Fikri mengejek, yang membuat Yunan menelan ludah.
“Ayo . . . ayo . . . ayo kambing jantan!!! Pergi ke Leb Dooong udah siang Niiih . . . !!” printah Tonang dari arah berlawanan sambil menjinjing kresek yang entah apa isinya.
“Waaaaah . . . yang pura-pura rajin!!! Ngajakin ke Leb . . . biasanya yang paling telat Enn paling salah sendiri . . . ha . . ha . . .ha “ tukas Fikri kemudian sambil merebut kresek yang dibawa oleh Tonang.
“Nah kan bener . . . emang Elo gudangnya salah?? Selamat Yun Elo emang beruntung . . . gak usah bawa Tomat lagi. Niiih udah dibawain sama Tonang . . .” celetuh Fikri sambil tertawa. Sedangkan Yunan langsung menengok isi kresek yang dibawa Tonang dan ikutan tertawa, Tonangnya hanya melotot kebingungan.
“Tunggu . . . tunggu apa maksudnya nih??? Gue . . .
“Tepat sekali. Salah bawa lagiiiiii. Ha . . . ha . . . ha, emangya kuping Elo digadein ke mana Broooo???, Elo itu ditugasin bawa Wortel . . . ingat itu WORTEL!!!!” potong Fikri bersamaan dengan Yunan. Dengan ringannya mereka menjinjing wortel yang dibawa Tonang, dan ngeluyur pergi ninggalin Tonang yang mematung kaya cacing kepanasan gak tahu harus ngapain lagi, kecuali pulang dan beli lagi wortel dua kilo.
***
Sesampainya di dalam Lab, Fikri dan Yunan langsung membersihkan barang bawaan masing-masing. Fikri mencuci, mengupas dan memotong jambu biji lalu memblendernya. Hal serupa pun dilakukan oleh Yunan pada tomat hasil rampasannya. Setelah mencuci tomat, memotong, kemudian memblender dan menjadikan ekstrak.
“Fik . . . ini ditambahin bumbu apa aja nih? gue kagak mudeng” tanya Yunan kemudian setelah selesai memblender, sambil mengeluarkan lusinan bahan medium padat dalam botol-botol ukuran obat, dari dalam almari.
“Ya ampun !!!, kalau Tonang kupingnya udah digadein, La Elo otakya udah dilelang. Mending kalau harganya jutaan dolar!!! Gak laku karena kelewat goblok . .” jawab Fikri sambil setengah heran setengah jengkel melihat kelakuan Yunan.
“Terus gue harus . . .
“Baca panduan Dooong . . . punya otak Tuuuh buat mikir!!!, OTAK bukan DENGKUL“ potong Fikri keras sambil menuangkan ekstrak jambu biji ke dalam wadah.
“Gak bawa lagi??? . . . Bagus emang bagus, ambil nih punyaku!!!” perintah Fikri sambil melemparkan buku panduan dengan tangan kirinya dan tepat di depan jidat Yunan.
Setelah acara timbang-menimbang selesai, giliran Yunan yang mengaduk dan menghomogenkan komposisi media di atas api bunsen.
“Oke Yun . . . berhubung sudah selesai gue cabut dulu. Elo bisa nerusin kan?” tukas Fikri pada Yunan yang sedang mengaduk-aduk media.
“Ya pasti bisa lah . . . ini kan udah selesai, tinggal nuangin ke gelas ukur Enn dibiarkan dingin” tukas Yunan sok tahu. Padahal yang namanya gelas ukurpun ia tidak ngerti sama sekali.
“YOOi, gue tunggu di Bakso Kribo. Perutku dah keroncongan niiih . . .” tukas Fikri sambil menepuk-nepuk perutnya yang kerempeng, kemudian menyambar tasnya lalu keluar Lab.
Setelah Fikri keluar dari Lab, giliran Yunan yang kebingungan. Cairan kental yang panas mulai meluap-luap dan menetesi api bunsen yang panas. Sedangkan Yunan kelimpungan mencari wadah yang akan digunakan untuk menuangkan cairan panas itu.
“Aduuuuuh . . . mana Sii yang namanya gelas ukur??” Tanya Yunan pada dirinya sendiri
“Naah . . ini apa?? Kayaknya cairan ini kagak kepakai. Buang aja Ahhh . . . kan wadahnya bisa aku pakai . . !!!” tandas Yunan kemudian sambil menuangkan cairan kentang yang sudah mendingin ke dalam kran yang mengalir dengan leluasa.
Setelah gelas ukur kosong dari isinya, seketika Yunan mencuci dan menuangkan ekstrak tomat kental yang berwarna merah jingga itu ke dalamnya. Setelah itu ia meletakkan di tempat semula dan langsung cabut ke tempat Bakso Kribo.
***
Sekitar setengah satu siang, giliran Tonang yang memasuki Lab dengan perasaan campur aduk. Antara senang, kesal, sedih dan juga lelah. Senang karena ia masih mendapatkan wortel lagi di pasar yang sudah hampir tutup, kesal karena tomat yang ia beli harus dirampok oleh Yunan, sedih karena harus mengeluarkan uang dua kali lipat dan lelah karena empat kali melalui jalan yang sama menuju ke pasar.
Jadi, siang yang menyebalkan baginya ia isi dengan mengupas berpuluh-puluh wortel. Satu demi satupun selesai hingga wortel yang terakhir ia kupas. Setelah itu, pekerjaan yang sama seperti yang dilakukan Flo, Fikri maupun Yunan ia lakukan.
“Oke . . . sekarang tinggal menuangkan di atas gelas ukur . . .!! Gue ambil dulu Ahhhh” tukas Tonang sambil masuk ke dalam ruangan dan menuju ke almari penyimpanan alat.
“Looo kok di kunci ???” tanya Tonang kebingungan. Seharusnya kuncinya ada di laci atau menggantung begitu saja di almari. Tapi, kuncinya di bawa Yunan yang kelupaan menaruh di atas laci lagi.
“Ya udah gue tuang di sini aja . . . lagian ini apa isinya?? Baunya tengik seperti cairan yang kagak dipakai lagi . . .” tutur Tonang sambil membuang Ekstrak tomat ke pot-pot tanaman ercis yang sedang berbunga. Padahal, seharusnya ekstrak tomat yang sudah jadi dimasukkan ke dalam cooler seperti yang dilakukan Fikri. Namun, dasar otak Yunan sudah digadein maka hal itu tidak dilakukan. Kemudian Tonang meletakkan ekstrak wortel yang berwarna jingga kekuningan itu, yang juga berbau bacin di dekat lampu bunsen.
***
Keesokan paginya adalah giliran Erma dan Ida yang membuat medium dari air kelapa dan kacang hijau. Mereka berdua berencana untuk membuat medium secara bersama-sama. Menyalahi aturan untuk membuat secara mandiri, yang menurut ibu guru Rusliyah untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing anak didik serta melatih kemandirian. Tapi . . . begitulah Erma dan Ida. Bagai pinang di belah dua yang sama sisi-sisinya. Kemanapun selalu bersama-sama. Bahkan ke kamar mandi pun bersama.
“Ida . . . kamu ngejuice dulu kecambahnya, gue tak nimbangin ramuannya . .”
“Emang mau bukin jamu? ada ramuan segala” tanya Ida sambil memilin-milin rambut panjangnya.
“Ya iya Laah, kalau kagak dimasukin tambahan ramu-ramuan nanti bakterinya kagak subur . . .” sambung Erma asal sambil menimbang serbuk pepton ke dalam cawan plastik kecil.
“Ohhhh . . .”
“Oh . . . Oh liat tuh volume airnya . . . jangan ngaca melulu!!!” protes Erma yang mengetahui Ida sedang mesam-mesem di depan kaca cerminya yang mungil. Lalu kaca itu dimasukkan dalam saku, setelah melihat Erma yang mendelik dan bermuka cemberut. Setelah semua bahan ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas ukur, mereka menuangkan aquades yang telah diukur volumenya lalu mengaduk secara bergantian.
“Ihhh . . . ini bau apa Si? Kok bacin banget . . .” Tanya Ida risih sambil menutup hidungnya dengan sapu tangan berbunga tulip.
“Dimana? gue kok kagak bau tuuuh . .” Tanya Erma balik yang sedang sibuk mengaduk-aduk cairan.
“Elo Si indra penciumannya udah kagak mempan. Ini niih yang berwarna jingga kekuningan . . .” jawab Ida sambil menunjuk Ekstrak wortel yang sudah mendingin dan mengendap sejak kemarin.
“Siapa Si yang naruh cairan kaya begituan di situ . .?? ruangannya jadi bau kan . .???” protes Erma sambil memonyongkan bibirnya.
“Buang aja Deeh . . . menjijikkan.”tukas ida tanpa ingin tahu lagi. Dan beberapa menit kemudian cairan itu telah berpindah tempat ke dalam lubang sampah di depan halaman Lab.
***
Sore harinya sekitar pukul setengah tiga, ibu guru Rusliyah memasuki Laboratorium. Sore ini rencananya adalah penanaman stater bakteri nata pada masing-masing media tanam yang telah dibuat.
“Baiklah anak-anak. Sore ini sampai dengan pukul lima nanti akan diadakan penanaman stater bakteri nata. Oleh karena itu, tolong media yang telah dibuat oleh masing-masing anak diambil dan dibawa ke ruang isolasi “ perintah Ibu Guru Rusliyah yang baik hati serta cantik itu.
“Baik ibu guru . .”tutur mereka serempak. Padahal semenjak memasuki Lab . . . Flo, Yunan dan tonang sudah usrek sendiri duduknya. Mereka mencari-cari dimana ekstrak yang telah mereka buat kemarin.
Setelah saling menelusur ditambah adu mulut yang alot, mereka akhirnya mengetahui nasip ekstraknya masing-masing. Ternyata Ektrak milik Flo dibuang oleh Yunan, milik Yunan dibuang oleh Tonang. Jadi yang bisa ditanam stater bakteri nata sore ini adalah milik Fikri, Erma dan Ida. Sedangkan Flo, Yunan dan Tonang harus mengulang lagi. Yang paling menderita dari semua itu tentunya Tonang karena harus mengulang tiga kali.

Tidak ada komentar: